Rabu, 13 Mei 2009

Pendidikan Agama Diintensifkan

Selama Ramadhan, sekolah di Kota Yogyakarta mengintensifkan pengajaran keagamaan. Pendidikan agama dinilai lebih efektif selama bulan puasa karena suasana mendukung. Ketua Panitia Kegiatan Ramadhan SMP Negeri 2 Yogyakarta Muhammad Budi Basuki mengatakan, selama Ramadhan tiga komponen utama pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah, saling mendukung terbentuknya suasana keagamaan.

Karena itu, pengajaran agama bisa lebih terfokus sebab tingkat gangguan lebih kecil. Gangguan pendidikan keagamaan itu berasal dari beberapa sumber, di antaranya pergaulan dan media. Selama bulan Ramadhan pengaruh buruk dari media dan masyarakat pada pelajar jauh berkurang. Tayangan televisi, misalnya, jauh lebih sopan dan religius dibandingkan di luar masa puasa, katanya ketika ditemui di Yogyakarta, Rabu (3/9).

Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Urusan Kesiswaan SMPN 2 Yogyakarta Suradji, pengajaran agama untuk membentuk akhlak mulia merupakan salah satu bagian dari tujuan pendidikan nasional. Salah satu sikap yang ingin ditanamkan pada bulan puasa ini adalah toleransi dan tenggang rasa pada sesama, ucapnya.

Suradji mengatakan penanaman nilai dan pembentukan sikap tersebut dilakukan melalui sejumlah kegiatan, di antaranya tadarus, pesantren kilat, buka puasa bersama, kajian keagamaan, infak Ramadhan, dan zakat fitrah. Di SMPN 2 Yogyakarta, pesantren kilat berlangsung selama tiga hari dua malam di Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim, Wonosari.

Non-Muslim Sementara itu, pesantren kilat untuk SMA Negeri 5 Yogyakarta sudah berlangsung selama liburan awal puasa di Pondok Pesantren Mualimin dan Mualimah Muhammadiyah. Salah satu tujuan pesantren kilat adalah mempraktikkan teori agama yang dipelajari di bangku sekolah, tutur Kepala SMA Negeri 5 Yogyakarta Munjid Nur Alamsyah.

Munjid menambahkan intensifikasi pengajaran keagamaan selama bulan puasa ini tak hanya ditujukan kepada pelajar Muslim, tetapi juga pelajar non-Muslim. Selama tadarus yang berlangsung setiap hari selama 15 menit sebelum pelajaran, misalnya, para pelajar non-Muslim juga mengikuti pelajaran agama sesuai keyakinan mereka sendiri. Selama pesantren kilat berlangsung, para pelajar non-Muslim juga mengikuti retret atau pelajaran agama di sekolah masing-masing. Di SMPN 2, pelajar non-Muslim retret selama masa pesantren kilat, ucap Basuki.

sumber: http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/04/13170751/pendidikan.agama.diintensifkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar